Suasana Santri Saat Melakukan Latihan Manasik Haji dan Umrah
Ibadah Haji diwajibkan kepada setiap individu yang bersifat perseorangan, sebagaimana ibadah wajib lainnya, seperti ibadah shalat, puasa dan zakat. Karena itu setiap orang tentu mempunyai pengetahuan dan pengalaman tersendiri dalam pelaksanaannya. Kondisi yang berbeda antara sesama jamaah haji merupakan sebuah dinamika yang perlu disikapi secara positif dan penuh kebermaknaan.
Pemerintah dengan berbagai upaya telah membekali jamaah menghadapi suasana yang yang penuh dengan perbedaan itu, misalnya peningkatan pengetahuan dan wawasan jamaah yang diberikan melalui bimbingan manasik haji. Kegiatan pembinaan terhadap calon jamaah haji merupakan salah satu dari tiga amanat Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah haji yaitu memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kepada jamaah calon haji, sehingga mereka dapat menjalankannya sesuai dengan syariat agama Islam.
Kementerian Agama sebagai panitia penyelenggara haji dengan berbagai program senantiasa berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada jamaah sejak pendaftaran, sebelum dan sewaktu keberangkatan, dalam perjalanan di pesawat, selama di Arab Saudi, sampai kepulangan ketanah air dan pasca haji. Selama diperjalanan para jamaah haji didampingi oleh petugas kloter dan non kloter. Disamping bimbingan langsung juga diberikan dalam bentuk bimbingan tidak langsung yang penyediaan buku-buku paket yang dijadikan tuntunan dan panduan dalam pelaksanaan ibadah haji. Oleh karenanya setiap calon jamaah haji, baik yang akan berhaji atau umrah semestinyalah mengikuti bimbingan dan pelatihan manasik penguasaan materi pengetahuan yang akan dapat dilakukannya secara baik. Dengan pembekalan manasik haji dan umrah akan dapat mengetahui tempat-tampat yang akan dikunjungi dan amalan apa yang harus dikerjakan pada lokasi tersebut.
Urgensi manasik haji dan umrah dimaksudkan untuk membekali setiap calon jamaah haji untuk menjadi mendapat pedoman bagi mereka dalam melaksanakan manasik sesuai dengan alur gerak dan tempat kegiatan ibadah. Dengan mengikuti bimbingan manasik para calon jamaah dapat mengetahui prosedur dan tata cara kegiatan ibadah secara mandiri yang akan dilakukan selama mereka berada Arab Saudi.
Dalam perspektif jamaah haji dan umrah, manasik diartikan sebagai pelatihan pelaksanaan ibadah haji dan umrah sesuai dengan prosesi dan tata cara penyelenggaraannya. Manasik haji dan umrah merupakan kegiatan untuk memberikan pembekalan kepada calon jamaah tentang konsep pengetahuan dan wawasan yang berkaitan dengan ibadah haji dan umrah. Disamping menjelaskan secara teori juga diringi dengan melakukan praktek atau peragaan. Untuk mempermudah pemahaman jamaah biasanya latihan itu mempergunakan alat peraga seperti, miniatur ka’bah, peragaan wukuf, sa’i, tahalul dan sebagainya.
Dalam rangka melaksanakan amanah Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji serta Peraturan Pemerintah RI No. 79 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Undang-undang No. 13 Tahun 2008, Pusat Komuniti Islam Yayasan Al-Insaniyah (PUSKIYAI) di bawah Bimbingan Dayah Manyang yang dipimpin langsung oleh Abu Dayah Manyang (Tgk. H. Farmadi. ZA, M.Sc) ikut serta berpartisipasi dan melaksanakan program bimbingan manasik haji dan umrah bagi para calon jamaah yang dilaksanakan langsung di komplek Dayah Manyang-Puskiyai Aceh. Program ini bertujuan untuk memberikan edukasi, solusi praktis, mudah, dan efektif dalam belajar tentang haji dan umrah kepada ikhwan muslimin yang berminat atau yang sudah berkewajiban ibadah haji maupun umrah dan ingin segera berangkat atau untuk menciptakan suatu hukum wajib haji di tanah suci.
Tujuan dari program Manasik Haji dan Umrah yang dilaksanakan di Dayah Manyang-Puskiyai Aceh ini adalah sesuai dengan firman Allah yang meminta agar para ulama mengajarkan ilmunya kepada manusia, sebagaimana firman Allah: "Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi Kitab) yaitu: "Hendaklah kamu menerangkan isi Kitab itu kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya" (QS. Ali Imran: 187).
Replika Ka`bah untuk Latihan Manasik Haji dan Umrah di Dayah Manyang-Puskiyai Aceh
Untuk menunjang kegiatan dan program tersebut, Dayah Manyang-Puskiyai secara langsung telah membuat berbagai replika tempat suci, seperti Ka'bah, dan Maqam Ibrahim untuk memudahkan para calon jamaah untuk latihan atau melakukan manasik haji dan umrah. Ada pula replika Padang Arafah, Bukit Safa dan Marwah untuk berlatih sai (berlari-lari kecil antara kedua bukit itu), replika Mina, Muzdalifah (tempat jemaah mabil (bermalam), dan Jabal Rahmah. Hal ini bertujuan untuk menghadirkan suasana di Arab yang didesain menyerupai aslinya untuk memudahkan jemaah calon haji dalam berlatih. Bahkan dalam proses selanjutnya, Puskiyai juga berencana akan membuat replika imigrasi Bandara King Abdul Aziz, Arab Saudi, dan membeli pesawat asli yang sudah tidak dioperasikan. Hal ini agar para calon bisa merasakan berada di pesawat, memakai seat belt, dan sebagainya. Dan tempat ini juga di buka untuk umum selain sebagai tempat manasik haji dan umrah juga sebagai tempat wisata religi.
Suasana Calon Jamaah Umrah yang Melakukan Manasik di Dayah Manyang
Pembangunan tempat Manasik Haji dan Umrah di Dayah Manyang-Puskiyai Aceh ini didasarkan pada firman Allah yang meminta kita untuk melaksanakan Haji dan Umrah. Allah berfirman “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah” (QS. Al-Baqarah: 196).
Dalam ayat ini. Allah menyuruh kaum Muslimin untuk melaksanakan dan menyempurnakan ibadah Haji dan Umrah. Adalah suatu hal yang umum diketahui bahwa suatu amalan tidak bisa dilaksanakan sebelum mengetahui amalan tersebut. Imam Bukhari, dalam kitab shahihnya dalam kitab ilmu menulis sebuah bab dengan judul “Bab Mengetahui Sebelum Berkata dan Beramal”, hal ini didasarkan firman Allah “Maka Ketahuilah, bahwa sesunguhnya tidak ada Illah (sesembahan, Tuhan) selain Allah” (QS. Muhammad: 19).
Dalam ayat tersebut Allah memulai dengan perintah untuk mengetahui. Selain itu, didasarkan pada firman Allah, yang artinya: Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah Ayat 128).
Penggunaan metode yang bervariasi merupakan sunnatullah. Rasulullah SAW mengajar para sahabat dengan menggunakan metode yang bervariasi. Beliau pernah menjelaskan dengan menggunakan sebuah gambar, sebagaimana disebutkan dalam hadits Ibnu Mas'ud r.a., bahwa dia berkata, “Rasulullah Saw. menggambar sebuah kotak. Lalu beliau membuat garis di bagian tengah kotak itu sampai ke luar kotak. Kemudian beliau membuat garis-garis pendek di sisi garis yang berada di tengah kotak itu”. (HR. Bukhari).
Kadangkala, beliau juga menjelaskan perkataannya dengan gerakan. Seperti dalam sebuah hadits tentang bayi-bayi yang bisa berbicara ketika masih dalam buaian sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. Di antara isi hadits tersebut adalah, “Ada seorang perempuan Bani Israil yang sedang menyusui bayinya. Tiba-tiba, seorang penunggang kuda yang berwibawa melewatinya. Perempuan itupun berkata, “Ya Allah, jadikan anakku ini seperti orang itu”. Lalu bayi itu berhenti menyusu dan memandang penunggang kuda itu, lalu dia berkata, “Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti orang itu”. Lalu ia kembali menyusu. Abu Hurairah berkata, “Saya melihat Nabi Saw mengisap jarinya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Redaksi di atas adalah riwayat Bukhari, sedangkan redaksi riwayat Muslim adalah, “Saya melihat Rasulullah Saw. ketika menggambarkan bayi yang menyusu itu dengan memasukkan jari telunjuknya ke dalam mulut dan mengisapnya”.
Mengomentari hadits di atas, al-Hafiz Ibnu Hajar berkata, “Hadits ini menunjukkan kesungguhan Rasulullah dalam menjelaskan insformasi dengan mempraktikkannya langsung”.
Belajar dengan melihat praktiknya secara langsung akan lebih kuat pengaruhnya dalam diri seseorang ketimbang sekedar mendengarnya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Ibnu Abbas r.a.:
Bahkan, hal itu dapat menjadi sebuah anjuran (sunnah) atau kewajiban jika cara-cara manasik tidak dapat dipahami kecuali dengan metode itu. Dengan ketentuan, hal itu harus dilakukan dalam suasana yang serius dan tidak main-main. Dan hal inilah yang mendasari Dayah Manyang-Puskiyai Aceh membuat replika bangunan seperti di tanah suci, agar memudahkan para calon jamaah dalam melakukan manasik haji dan umrah, dengan tujuan adalah untuk edukasi dan dapat mempraktikkannya langsung sebelum berangkat dan melakukan yang sebenarnya di Tanah Suci.
Marilah kita memohon kepada Allah agar memberikan kita dan kaum muslimin pengetahuan dan pengamalan terhadap agama ini.
Informasi lebih lanjut hubungi:
Call/SMS/WA: 081269210101; 085262819711; 081375018656.
E-mail : puskiyai.aceh@gmail.com | thatunic@gmail.com
Dalam ayat ini. Allah menyuruh kaum Muslimin untuk melaksanakan dan menyempurnakan ibadah Haji dan Umrah. Adalah suatu hal yang umum diketahui bahwa suatu amalan tidak bisa dilaksanakan sebelum mengetahui amalan tersebut. Imam Bukhari, dalam kitab shahihnya dalam kitab ilmu menulis sebuah bab dengan judul “Bab Mengetahui Sebelum Berkata dan Beramal”, hal ini didasarkan firman Allah “Maka Ketahuilah, bahwa sesunguhnya tidak ada Illah (sesembahan, Tuhan) selain Allah” (QS. Muhammad: 19).
Dalam ayat tersebut Allah memulai dengan perintah untuk mengetahui. Selain itu, didasarkan pada firman Allah, yang artinya: Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah Ayat 128).
Penggunaan metode yang bervariasi merupakan sunnatullah. Rasulullah SAW mengajar para sahabat dengan menggunakan metode yang bervariasi. Beliau pernah menjelaskan dengan menggunakan sebuah gambar, sebagaimana disebutkan dalam hadits Ibnu Mas'ud r.a., bahwa dia berkata, “Rasulullah Saw. menggambar sebuah kotak. Lalu beliau membuat garis di bagian tengah kotak itu sampai ke luar kotak. Kemudian beliau membuat garis-garis pendek di sisi garis yang berada di tengah kotak itu”. (HR. Bukhari).
Kadangkala, beliau juga menjelaskan perkataannya dengan gerakan. Seperti dalam sebuah hadits tentang bayi-bayi yang bisa berbicara ketika masih dalam buaian sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. Di antara isi hadits tersebut adalah, “Ada seorang perempuan Bani Israil yang sedang menyusui bayinya. Tiba-tiba, seorang penunggang kuda yang berwibawa melewatinya. Perempuan itupun berkata, “Ya Allah, jadikan anakku ini seperti orang itu”. Lalu bayi itu berhenti menyusu dan memandang penunggang kuda itu, lalu dia berkata, “Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti orang itu”. Lalu ia kembali menyusu. Abu Hurairah berkata, “Saya melihat Nabi Saw mengisap jarinya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Redaksi di atas adalah riwayat Bukhari, sedangkan redaksi riwayat Muslim adalah, “Saya melihat Rasulullah Saw. ketika menggambarkan bayi yang menyusu itu dengan memasukkan jari telunjuknya ke dalam mulut dan mengisapnya”.
Mengomentari hadits di atas, al-Hafiz Ibnu Hajar berkata, “Hadits ini menunjukkan kesungguhan Rasulullah dalam menjelaskan insformasi dengan mempraktikkannya langsung”.
Belajar dengan melihat praktiknya secara langsung akan lebih kuat pengaruhnya dalam diri seseorang ketimbang sekedar mendengarnya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Ibnu Abbas r.a.:
لَيْسَ الْخَبَرُ كَالْمُعَايَنَةِ، إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ أَخْبَرَ مُوْسَى بِمَا صَنَعَ قَوْمُهُ فِي الْعِجْلِ فَلَمْ يُلْقِ اْلأَلْوَاحَ، فَلَمَّا عَايَنَ مَا صَنَعُوْا أَلْقَى اْلأَلْوَاحَ فَانْكَسَرَتْ
“Mendengar berita tidak seperti melihatnya secara langsung. Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla ketika memberitahu Musa mengenai apa yang dilakukan kaumnya dengan patung sapi, ia tidak melemparkan papan-papan yang berisi wahyu. Namun, ketika ia melihat secara langsung apa yang dilakukan oleh kaumnya, ia pun melemparkan papan-papan yang berisi wahyu itu sehingga pecah”. (HR. Ibnu Hibban, Hakim serta Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabîr dan al-Awsath. Ini adalah redaksi Thabrani).Bahkan, hal itu dapat menjadi sebuah anjuran (sunnah) atau kewajiban jika cara-cara manasik tidak dapat dipahami kecuali dengan metode itu. Dengan ketentuan, hal itu harus dilakukan dalam suasana yang serius dan tidak main-main. Dan hal inilah yang mendasari Dayah Manyang-Puskiyai Aceh membuat replika bangunan seperti di tanah suci, agar memudahkan para calon jamaah dalam melakukan manasik haji dan umrah, dengan tujuan adalah untuk edukasi dan dapat mempraktikkannya langsung sebelum berangkat dan melakukan yang sebenarnya di Tanah Suci.
Marilah kita memohon kepada Allah agar memberikan kita dan kaum muslimin pengetahuan dan pengamalan terhadap agama ini.
Informasi lebih lanjut hubungi:
Call/SMS/WA: 081269210101; 085262819711; 081375018656.
E-mail : puskiyai.aceh@gmail.com | thatunic@gmail.com
Gallery Calon Jamaah Haji dan Umrah yang Melakukan Manasik
di Dayah Manyang dan Ketika Jamaah Sedang berada di Tanah Suci Mekkah